Kasus Susi Air yang Membuatku Teringat Lagi dengan Buku Ini [30 Paspor di Kelas Sang Professor]



Blurb: 
"Paling lambat 1,5 bulan ke depan, kalian semua harus sudah berangkat!" Demikian ucapan Prof. Rhenald Kasali di hari pertama masuk kuliah Pemasaran Internasional yang sontak membuat kelas gaduh luar biasa. Negara tujuan ditentukan saat itu juga. Sementara paspor harus didapatkan dalam waktu dua minggu ke depan. Metode kuliah yang awalnya ditentang banyak orang tersebut-dari orangtua mahasiswa sampai sesama dosen-terbukti menjadi ajang "latihan terbang" bagi para calon rajawali. Demikian Prof. Rhenald mengibaratkannya. Tersasar di negeri orang dapat menumbuhkan mental self driving, syarat untuk menjadi pribadi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab menentukan arah hidup sendiri. Dalam jilid pertama buku ini, para mahasiswa mengalami sendiri berbagai pengalaman unik. Ketinggalan pesawat, tidak punya uang sehingga terpaksa mencari negara miskin, kena tipu oleh pengemis, adalah beberapa di antaranya.
Pertama dengar kasus pesawat Susi Air pertama kali di tweet bu Susi. Rasanya benar-benar "waaw, kok bisa sih, tanpa ba-bi-bu langsung dikeluarkan gitu aja dari hangar" dan Malinau bukanlah kata yang asing bagiku karena orang tua dulu pernah bekerja di sana, yang perlu menaiki perahu kecil yang kurang stabil sebagai satu-satunya moda transportasi untuk sampai ke sana.
Lalu Pak Rhenald Kasali di youtubenya membuat video khusus untuk masalah ini: "Seperti Layangan Putus" dan karena Pak Rhenal me-mention buku 30 Paspor di Kelas Professor yang selama ini kucari di toko buku tapi tak pernah ketemu, akhirnya aku langsung meluncur ke iPusnas, mengetikkan 30 Paspor di kolom pencari dan sangat bahagia karena ada! Lebih bahagia lagi karena tak perlu antri! 
Hebatnya, setelah kuingat-ingat lagi, orang yang merekomendasikan buku dan youtube ini adalah orang ya sama: Astro! Dan dia ternyata juga ga ngeh kalo buku dan youtube yang dia rekomendasikan saling berkaitan. Kebetulan yang aneh.

Aku segera membacanya dan selesai dalam sehari saking serunya! Membuatku ingin keliling dunia sendiri, aku yakin kalian akan merasakan hal yang serupa jika membaca buku ini. Aku jamin!
Buku ini cerita pendek para mahasiswa yang harus mengerjakan tugas pergi ke sebuah negara sendirian, negara yang tidak menggunakan bahasa serumpun Indonesia, jadi Malaysia, Singapura, Timor Leste dan Brunei dicoret dari list perjalanan. Dan aku tak mengira bahwa akan ada mahasiswa yang pergi ke Laos, Bangladesh yang notabene bukan negara yang biasa jadi kunjungan pariwisata. Mana ga boleh pakai "orang dalam" apa ga tambah bingung dan luntang-lantung ga tuh? Berangkatnya pas hari kuliah pula, apa ga keteteran ngejar mata kuliah yang absen selama di luar negeri? 😭 aku tak bisa membayangkan jika aku yang harus mengerjakan mata kuliah ini.

Beberapa kalimat Pak Rhenald Kasali yang diingat, dituliskan oleh para mahasiswanya di buku ini dan sangat mengena bagiku:
Sensitivitas dan inisiatif memang sangat wajib dimiliki kalau tidak mau tenggelam

Life is negotiable

Memang benar, generalisasi bukanlah sebuah yang tepat untuk sekelompok orang dalam sebuah wilayah

If you want to, you'll find success, if you don't  want to, you'll find excuses 

 Terutama kalimat tentang sensitivitas dan inisiatif, rasanya sangat menohok sekali. Rasanya sangat relate dengan kehidupanku yang ga lulus-lulus ini. 😂


p.s udah seminggu ga main Duolingo :"(( BTW, iPusnas di hp ga bisa di-screenshot, tapi kalo di laptop bisa sih..

Komentar

Elza mengatakan…
Bagus banget tulisannya, semoga kita bisa keliling dunia ya nabbb
Bintang Utara mengatakan…
Mangats kak! Ditunggu ke LN nyaa! ajak ajak, awas ninggal ga pren
Zelkova mengatakan…
Aamiin, iya, Za.. moga kita bisa jadi driver handal yang bisa keliling dunia.. 😀
Zelkova mengatakan…
Kepada Bintang Utara, tolong Anda berkaca kepada diri sendiri dulu.. yang suka ga bilang-bilang dan ga suka ajak-ajak kan Anda..😂