"Rasanya aku tak bisa menulis cerita yang penuh misteri dan plot twist," Aiyla mengacak rambut pendek sebahunya sambil meratapi kertas-kertas penuh coretannya.
"Yah, pemikiranmu memang terlalu simpel untuk cerita kompleks," seru Adnan dari kursi di sudut kamar, tidak begitu tertarik karena hal ini sudah terlalu sering dibahas oleh Aiyla.
"Sepertinya aku lebih cocok menulis slice of life atau comedy, secara hidupku terlalu lawak untuk menjadi misterius," walau sudah mengatakan kalimat ini berulang kali seperti mantra sihir tapi Aiyla tetap memaksakan dirinya untuk memikirkan berbagai plot twist misteri, menjadi bukti nyata kalimat bijak "perkataan berbeda dengan perbuatan" dan Adnan hanya diam sambil membolak-balik buku novelnya.
Aiyla kembali melanjutkan monolognya, "Lalu aku tidak bisa memberi para tokohku kemalangan, kesengsaraan dunia atau kematian. Aku terlalu menyayangi mereka dan kasihan mereka kalau berakhir tragis yang aku sendiri tidak ingin mengalaminya, rasanya ada dilema yang begitu kuat berkecamuk dalam diriku. Jika aku memberi mereka kemalangan, aku tidak tahu bagaimana cara yang paling baik untuk mereka menyelesaikannya. Rasanya aku harus menemukan penyelesaian paling heroik, epik dan plot twist..."
Adnan menyela, "Rasanya akhir-akhir ini aku terlalu sering mendengar kata plot twist karena kamu selalu mengatakannya. Kenapa kamu begitu terobesesi dengan kata itu, La? Sampai rasanya aku muak jika kamu mengatakannya sekali lagi,"
"Hmmm, plot twist adalah hal keren yang membuat para pembaca tidak bisa menduga hal apa yang akan terjadi selanjutnya!," Aiyla menjawab dengan semangat, tak acuh dengan kalimat Adnan barusan dan melanjutkan, "plot twist memberikan efek kejut, membuat pembaca memutar otak dan berusaha menghubungkan berbagai hal. Membuat cerita tidak datar dan merasakan flip the table!" Aiyla menjelaskan opininya dengan menggebu dan fyi (for your information), Aiyla suka menggunakan kata-kata yang menurutnya keren tapi sebenarnya kata itu tidak dapat dikatakan berhubungan dengan maksud yang ingin dia jelaskan, bahkan kadang bermakna sebaliknya.
Adnan menghela nafas, berusaha bersikap bijak ala filsuf yang baru saja dia baca di novel, "Tapi sekarang orang-orang banyak menyukai vlog kegiatan sehari-hari yang aesthetic dan relaxing. Vlog yang memberikan kedamaian, ketenangan dan inspirasi berbenah bagi penontonnya. Tidak begitu banyak drama, hanya rutinitas dan masalah-masalah kecil biasa. Apakah hal ini tidak dapat diadaptasi dalam ceritamu? Daripada kamu hanya berjalan di tempat memikirkan plot twist sepertinya lebih baik kamu berjalan maju dengan apa yang kamu miliki terlebih dahulu dan sambil memikirkan plot twist yang tepat untuk ceritamu selanjutnya." memiliki sifat bawaan yang berkebalikan dengan yang ia perankan sekarang, Adnan selangkah menuju nominasi Oscar sebagai aktor pemeran bijak ala filsuf jika memang ada. Sayangnya tidak.
Aiyla mengangguk setuju, jarang-jarang dia setuju, biasanya dia akan menyanyikan Bury A Friend, Billie Eilish dengan suara sumbangnya setiap Adnan mulai dengan ceramah panjangnya yang meletup-letup. Tapi kali ini berbeda, terima kasih kepada filsuf yang ada di novel itu.
Begitulah hari itu berlalu dengan cukup tenang, tidak seperti biasanya yang penuh dengan argumen. Aiyla menyingkirkan sejenak kertas-kertas brainstorming plot twist-nya, mengambil lembaran kertas baru dan mencoba memulai ceritanya. Adnan pun melanjutkan acara membaca novelnya dan mencoba menjadi sebijaksana sang tokoh walau itu hanya untuk beberapa hari ke depan. Setidaknya mencoba dan beberapa hari daripada tidak sama sekali.
Komentar